Wednesday, July 21, 2010


Surat Anak Derhaka Kepada Ibunya
Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah memuliakan kedudukan kedua orang tua, dan telah menjadikan mereka berdua sebagai pintu tengah menuju surga. Shalawat serta salam, hamba yang lemah ini panjatkan keharibaan Rasullah s.a.w yang mulia, keluarga serta para sahabatnya hingga hari kiamat. Amin…

Ibu… aku terima suratmu yang engkau tulis dengan tetesan air mata dan duka, dan aku telah membacanya, ya aku telah mengejanya kata demi kata… tidak ada satu huruf pun yang aku terlewatkan.

Tahukah engkau, wahai Ibu, bahwa aku membacanya semenjak shalat Isya’ dan baru selesai membacanya setelah ayam berkokok, fajar telah terbit dan adzan pertama telah dikumandangkan?! Sebenarnyalah surat yang engkau tulis tersebut jika ditaruhkan di atas batu, tentu ia akan pecah, sekiranya diletakkan ke atas daun yang hijau tentu dia akan kering. Sebenarnyalah surat yang engkau tulis tersebut tidak tersudu oleh itik dan tidak tertelan oleh ayam. Sebenarnyalah bahwa suratmu itu bagiku bagaikan petir kemurkaan… bagaikan awan kaum Tsamud yang datang berarak yang telah siap dimuntahkan kepadaku…

Ibu… Aku baca suratmu, sedangkan air mataku tidak pernah berhenti!! Bagaimana tidak, sekiranya surat itu ditulis oleh orang yang bukan ibu dan ditujukan pula bukan kepadaku, layaklah orang mempunyai hati yang keras ketika membaca surat itu menangis sejadi-jadinya. Bagaimana kiranya yang menulis itu adalah bunda dan surat itu ditujukan untuk diriku sendiri!!

Aku sering membaca kisah dan cerita sedih, tidak terasa bantal yang dijadikan tempat bersandar telah basah karena air mata, aku juga sering menangis melihat tangisnya anak yatim atau menitikkan air mata melihat sengsaranya hidup si miskin. Aku acap kali tersentuh dengan suasana yang haru dan keadaan yang memilukan, bahkan pada binatang sekalipun. Bagaimana pula dengan surat yang ibu tulis itu!? Ratapan yang bukan ibu karang atau sebuah drama yang ibu perankan?! Akan tetapi dia adalah sebuah kenyataan…

Bunda yang kusayangi…
Sungguh berat cobaanmu… sungguh malang penderitaanmu… semua yang engkau telah sebutkan benar adanya. Aku masih ingat ketika engkau ditinggal ayah pada masa engkau hamil tua mengandung adikku. Ayah pergi entah kemana tanpa meninggalkan uang belanja, jadilah engkau mencari apa yang dapat dimasak di sekitar rumah dari dedaunan dan tumbuhan. Dengan jalan berat engkau melangkah ke kedai untuk membeli ala kadarnya, sambil engkau membisikkan kepada penjual bahwa apa yang engkau ambil tersebut sebagai hutang dan hendaklah dicatat dulu. Hutang yang engkau sendiri tidak tahu kapan engkau akan dapat melunasinya.

Ibu… aku masih ingat ketika kami anak-anakmu menangis untuk dibuatkan makanan, engkau tiba-tiba menggapai atap dapur untuk mengambil kerak nasi yang telah lama engkau jemur dan keringkan, tidak jarang pula engkau simpan untukku sepulang sekolah tumbung kelapa, hanya untuk melihat aku mengambilnya dengan segera. Atau aku masih ingat, engkau sengaja mengambilkan air didih dari nasi yang sedang dimasak, ketika engkau temukan aku dalam keadaan sakit demam.
Ibu… maafkanlah anakmu ini, aku tahu bahwa semenjak engkau gadis sebagaimana yang diceritakan oleh nenek sampai engkau telah tua sekarang, engkau belum pernah mengecap kebahagiaan. Duniamu hanya rumah serta halamannya, kehidupanmu hanya dengan anak-anakmu. Belum pernah aku melihat engkau tertawa bahagia kecuali ketika kami anak-anakmu datang ziarah kepadamu. Selain dari itu tidak ada kebahagiaan, hari-harimu adalah perjuangan. Semua hidupmu hanya pengorbanan.
Ibu… Maafkan aku anakmu ini! Semenjak engkau pilihkan untukku seorang istri, wanita yang telah engkau puji sifat dan akhlaknya, yang engkau telah sanjung pula suku dan negerinya!! Engkau katakan ketika itu padaku, “Ambilah ia sebagai istrimu, gadis yang pemalu yang pandai bergaul, cantik dan berakhlak mulia, punya hasab dan nasab!.”

Semenjak itu pula aku seakan-akan lupa denganmu. Keberadaan dia sebagai istriku telah membuatku lupa posisi engkau sebagai ibuku, senyuman dan sapaannya telah membuatku terlena dengan sapaan dan himbauanmu.

Ibu… aku tidak menyalahkan wanita pilihanmu tersebut, karena ia telah menunaikan kewajibannya sebagai istri, terutama perhatiannya dalam berbakti kepadamu, sudah berapa kali ia memintaku untuk menyediakan waktu untuk menziarahimu. Hari yang lalu ia telah buatkan makanan buatmu, akan tetapi aku tidak punya waktu mengantarkannya, hingga makanan itu telah menjadi basi…

Aku berharap pada permasalahan ini engkau tidak membawa-bawa namanya dan mengaitkan kedurhakaanku kepadamu karenanya. Karena selama ini, di mataku dia adalah istri yang baik, istri yang telah berupaya banyak untuk kebahagiaan rumah tangganya.

Ibu… Ketika seorang laki-laki menikah dengan seorang wanita, maka seolah-olah dia telah mendapatkan permainan baru, seperti anak kecil mendapatkan boneka atau orang-orangan. Sekali lagi maafkan aku! Aku tidaklah membela diriku, karena dari awal dan akhir pembicaraan ini kesalahan ada padaku.. anakmu ini!! Akan tetapi aku ingin menerangkan keadaan yang kualami, perubahan suasana setelah engkau dan aku berpisah dan perubahan jiwa ketika aku tidak hanya mengenal dirimu, tapi kini aku telah mengenal satu wanita lagi.

Ibu… perkawinanku membuatku masuk ke dunia baru, dunia yang selama ini tidak pernah kukenal, dunia yang hanya ada aku, istri dan anakku!! Bagaimana tidak, istri yang baik dan anak-anak yang lucu-lucu!! Maafkan aku Ibu… aku merasa dunia hanya milik kami, aku tidak peduli dengan keadaan orang lain, yang penting bagiku adalah keadaan mereka.

Ibu… Maafkan aku, anakmu!! Aku telah lalai… aku telah lupa… aku telah menyia-nyiakanmu!! Aku pernah mendengar kajian, bahwa orang tua difitrahkan untuk cinta kepada anaknya, dan anak difitrahkan untuk menyia-nyiakan orang tuanya. Oleh sebab itu dilarang mencintai anak secara berlebihan dan anak dilarang berbuat durhaka kepada orang tuanya.

Itulah yang terjadi pada diriku, wahai Ibu!! Aku seperti orang linglung ketika melihat anakku sakit, aku seperti orang kebingungan ketika melihat anakku diare. Tapi itu sulit, aku rasakan jika hal itu terjadi padamu atau pada ayah!!

Ibu… Sulit aku merasakan perasaanmu!! Kalaulah bukan karena bimbingan agama yang telah lama engkau talqinkan kepadaku, tentu aku telah seperti kebanyakan anak-anak yang durhaka kepada orang tuanya!! Kalaulah bukan karena baktimu pula kepada orang tuamu dan orang tua ayah, niscaya aku tidak akan pernah mengenal arti bakti kepada orang tua.

Setelah suratmu datang, baru aku mengerti!! Karena selama ini hal itu tidak pernah engkau ungkapkan, semuanya engkau simpan dalam-dalam seperti semua permasalahan berat yang engkau hadapi selama ini.

Sekarang baru aku mengerti, bahwa hari yang sulit bagi seorang ibu, adalah hari di mana anaknya telah menikah dengan seorang wanita. Di matanya wanita yang telah mendampingi putranya itu adalah manusia yang paling beruntung.

Bagaimana tidak!! Dia dapatkan seorang laki-laki yang telah matang pribadi dan matang ekonomi dari seorang ibu yang telah letih membesarkannya. Dengan detak jantungnya ia peroleh kematangan jiwa dan dari uang ibu itu pula ia dapatkan kematangan ekonomi. Sekarang dengan ikhlas dia berikan kepada seorang wanita yang tidak ada hubungannya, kecuali hubungan dua wanita yang saling berebut perhatian seorang laik-laki. Laki-laki sebagai anak dari ibunya dan ia sebagai suami dari istrinya.
Ibuku sayang…

Maafkan aku Ibu!! Ampunkan diriku. Satu tetesan air matamu adalah lautan api bagiku. Janganlah engkau menangis lagi, jangan engkau berduka lagi!! Karena duka dan tangismu menambah dalam jatuhku ke dalam api neraka!! Aku takut Ibu… aku cemas dengan banyaknya dosaku kepada Allah sekarang bertambah pula dengan dosaku terhadapmu. Dengan apa aku ridho Allah, sekiranya engkau tidak meridhoiku. Apa gunanya semua kebaikan sekiranya di matamu aku tidak punya kebaikan!!

Bukankah ridho Allah tergantung dengan ridhomu dan sebaliknya bukankah kemurkaan Allah tergantung dengan kemurkaanmu!! Tahukah engkau Ibu, seburuk-buruknya diriku, aku masih merasakan takut kepada murka Allah!! Apalah jadinya hidup jika hidup penuh dengan murka dan laknat serta jauh dari berkah dan nikmat.

Kalau akan murka itu pula yang aku peroleh, izinkan aku membuang semua kebahagiaanku selama ini, demi hanya untuk dapat menyeka air matamu! Kalau akan engkau pula murka kepadaku, izinkan aku datang kepadamu membawa segala yang aku miliki lalu menyerahkannya kepadamu, lalu terserah engkau, mau engkau perbuat apa?!

Sungguh aku tidak mau masuk neraka! Seakalipun -wahai Bunda- aku memiliki kekuasaan seluas kekuasaan Firaun, mempunyai kekayaan sebanyak kekayaan Qarun dan mempunyai keahlian setinggi ilmu Haman. Pastikan wahai Bunda tidak akan aku tukar dengan kesengsaraan di akherat sekalipun sesaat. Siapa pula yang tahan dengan azab neraka, wahai Bunda!!

Ibu maafkan anakmu!! Adapun sebutanmu tentang keluhan dan pengaduan kepada Allah ta’ala, bahwa engkau belum mau mengangkatnya ke langit!! Maka, ampun, wahai Ibu!! Aku angkat seluruh jemariku dan sebelas dengan kepala untuk mohon maaf kepadamu!! Kalaulah itu yang terjadi, do’a itu tersampaikan! Salah ucap pula lisanmu!! Apalah jadinya nanti diriku!! Tentu kebinasaan yang telak. Tentu diriku akan menjadi tunggul yang tumbang disambar petir, apalah gunanya kemegahan sekiranya engkau do’akan atasku kebinasaan, tentu aku akan menjadi pohon yang tidak berakar ke bumi dan dahannya tidak bisa sampai ke langit, di tengahnya dimakan kumbang pula!!

Kalaulah do’amu terucap atasku, wahai Ibu!! maka, tidak ada lagi gunanya hidup, tidak ada lagi gunanya kekayaan, tidak ada lagi gunanya banyak pergaulan.
Ibu dalam sejarah anak manusia yang kubaca, tidak ada yang bahagia setelah kena kutuk orang tuanya. Itu di dunia, maka aku tidak dapat bayangkan bagaimana nasib bagi yang terkena kutuk di akherat, tentu lebih sengsara.

Ibu… setelah membaca suratmu, baru aku menyadari kekhilafan, kealfaan dan kelalaianku. Suratmu akan kujadikan benda berharga dan kusimpan dengan dengan baik dalam hidupku, setiap kali aku lalai dalam berkhidmat kepadamu akan aku baca ulang kembali, tiap kali aku lengah darimu akan kutalqin diriku dengannya. Akan kusimpan dalam lubuk hatiku sebelum aku menyimpannya dalam kotak wasiatku. Akan aku sampaikan kepada anak keturunanku bahwa ayah mereka dahulu pernah lalai dalam berbakti, lalu sadar dan kembali kepada kebenaran, ayah mereka pernah berbuat salah, sehingga ia telah menyakiti hati orang yang seharusnya ia cintai, lalu ia kembali kepada petunjuk.

Tua… siapa yang tidak mengalami ketuaan, wahai Bunda!! Badanku yang saat ini tegap, rambutku hitam, kulitku kencang, akan datang suatu masa badan yang tegap itu akan ringkih dimakan usia, rambut yang hitam akan dipenuhi uban ditelan oleh masa dan kulit yang kencang itu akan menjadi keriput ditelan oleh zaman.

Burung helang yang terbang di angkasa, tidak pernah bermain kecuali di tempat yang tinggi, suatu saat nanti dia akan jatuh jua, dikejar dan diperebutkan oleh burung kecil lainnya. Singa si raja hutan yang selalu memangsa, jika telah tiba tuanya, dia akan dikejar-kejar oleh anjing kecil tanpa ada perlawanan. Tidak ada kekuasaan yang kekal, tidak ada kekayaan yang abadi, yang tersisa hanya amal baik atau amal buruk yang akan dipertanggungjawabkan.

Ibu, do’akan anakmu ini agar menjadi anak yang berbakti kepadamu di masa banyak anak yang durhaka kepada orang tuanya. Angkatlah ke langit munajatmu untukku agar aku akan memperoleh kebahagiaan abadi di dunia dan di akherat.

Ibu… sesampainya suratku ini, insya Allah, tidak akan ada lagi air mata yang jatuh karena ulah anakmu, setelah ini tidak ada lagi kejauhan antaraku denganmu, bahagiamu adalah bahagiaku, kesedihanmu adalah kesedihanku, tawamu adalah tawaku dan tangismu adalah tangisku. Aku berjanji untuk selalu berbakti kepadamu buat selamanya dan aku berharap aku dapat membahagiakanmu selama mataku masih berkedip.

Bahagiakanlah dirimu… buanglah segala kesedihan, cobalah tersenyum!! Ini kami, aku, istri, dan anak-anak sedang bersiap-siap untuk bersimpuh di hadapanmu, mencium tanganmu.

Salam hangat dari anakmu.

“inilah balasan surat dari sang anak kepada ibunya, mengakui semua kesalahan dan meminta ampun kepada sang ibu.”

Keredhaan Ibu adalah keredhaan Allah swt, dan murka Ibu adalah murka Allah swt.

Wednesday, July 7, 2010

cantik menarik...

Memburu cinta suami orang..........

CINTA tidak boleh dipaksa, kata orang tetapi cinta juga boleh ditolak jika risikonya tinggi dan mengancam kebahagiaan orang lain. Kisah cinta tiga segi mungkin lumrah tetapi cinta yang sengaja dicari juga bersepah-sepah. Jika di katakan cinta itu buta rasanya tidak lagi relevan sebab yang buta adalah orang yang mencari cinta, tidak pandai menilai dan memilih. Itulah mukadimah saya minggu ini, episod kisah cinta yang menghancurkan kebahagiaan orang lain. Menariknya minggu ini kisah dikirim oleh seorang wanita yang bekerja di sebuah kilang di utara tanah air yang menamakan dirinya Shira. Kata Shira dia terpanggil berkongsi kisah ini kerana tidak sanggup lagi melihat gelagat kebanyakan gadis yang sekarang ini terlalu ghairah menjerat suami orang untuk dijadikan teman hidup. Contohnya kisah yang berlaku di sebuah kilang, tempat kerja Shira.
Apa yang ingin Shira ceritakan adalah untuk panduan dan iktibar kaum wanita yang mungkin sedang terjerat di dalam kancah tiga segi seperti kisah ini. Begini kata Shira. "Saya ingin menyentuh tentang sikap anak gadis kita sekarang yang pada saya tidak ada perasaan malu atau segan lagi. "Sikap merendah diri, lembah lembut dan berbudi bahasa terutama dengan orang tua sudah semakin luntur. Jarang ditemui gadis yang berbudi pekerti tinggi seperti pada masa lalu. "Yang dilihat kebanyakannya gadis dan wanita yang tidak lagi menjaga tingkah laku, tidak hormatkan orang dan bergaul dengan lelaki melebihi batas. "Saya ingin mengambil contoh akan kejadian di tempat saya bekerja, sebuah kilang di utara tanah air. "Kisahnya membabitkan seorang gadis berusia 25 tahun yang mempunyai menjalin hubungan dengan seorang penyelia di kilang yang sama berstatus suami orang. "Lelaki ini mempunyai isteri dan tiga orang anak. Tahap percintaan mereka amat kritikal dan hampir bernikah. "Setiap hari mereka makan dan pulang bersama. Malah mereka langsung tidak ada segan silu untuk bermesra di tempat kerja. "Meluatnya saya... Bukan saya sahaja semua pekerja lain juga mengalami perasaan yang sama. "Nak dijadikan cerita isteri penyelia itu dapat menghidu hubungan mereka. Apa lagi, meluru si isteri datang ke kilang dan bersemuka dengan gadis tersebut. "Kecoh satu kilang. Mereka bertengkar dan saling memburuk-burukkan antara satu sama lain. "Bos besar kilang juga turut terbabit meleraikan keadaan. Bagaimanapun si gadis ini masih tunjuk cool macam tidak ada apa berlaku. "Semua orang menuding jari kepada penyelia tersebut kerana menjadi punca pergaduhan mereka. Bertepuk sebelah tangan masakan berbunyi. "Selepas kejadian itu penyelia itu macam kena ikat kakinya. Pergi dan balik kerja dijemput oleh isteri. Sehinggakan waktu makan tengah hari juga isteri datang menjemput untuk makan bersama-sama. "Akhirnya kerana tidak tahan malu dan tidak dipeduli lagi oleh si penyelia, gadis itu mohon tukar tempat kerja. "Korek punya korek akhirnya saya dapat tahu sebelum ini ada pekerja lain juga cuba mengurat dia. Tetapi tidak dilayan kerana tidak ada jawatan dan tidak kacak. "Saya ingat perkara itu berhenti di situ rupanya tidak. Sebelum bertukar tempat kerja dia sempat juga bercinta dengan lelaki lain juga suami orang. "Konon cerita lelaki ini pada mulanya cuba menasihati dia dia tetapi tersangkut. Mujur lelaki itu cepat sedar. "Bila sudah terlepas daripada cengkaman gadis itu baru masing-masing tersedar, pada hal gadis itu bukanlah hebat sangat, rupa paras pun biasa sahaja. "Saya dengar berita kerana kecewa tidak ada teman lelaki walaupun usia sudah 25 tahun gadis itu telah berjumpa seorang bomoh untuk mandi bunga supaya lelaki jatuh hati kepadanya. "Sejauh mana kebenaran dakwaan itu wallahualam. Tetapi apa yang saya perhatikan, ada kebenarannya. Kebanyakan kakitangan kilang amat mesra dengannya. "Jika lelaki yang tidak kuat iman pasti akan tunduk kepadanya tetapi mujurlah semua yang terkena cepat sedar dan kembali ke pangkal jalan.
"Sebagai orang lama saya juga turut menasihat pekerja lelaki di kilang itu supaya berwaspada dengan gadis itu. Mana tahu kalau ada yang terjerat lagi. "Sekarang kilang tempat kerja kami kembali aman setelah dia berpindah. Syukur alhamdulillah. "Tapi melalui kawan-kawan khabar yang saya dengar di tempat kerja barunya juga dia mengulangi sikapnya itu memburu cinta suami orang. "Apa pun saya berharap dia akan sedar dan kembali ke pangkal jalan. Pada gadis-gadis jagalah maruah diri. Hormati hak orang lain dan jangan jadi perampas hanya untuk keseronokan sendiri sedangkan orang lain menderita," kata Sira menutup cerita.
Cerita Shira bagaikan kisah dalam drama. Saya setuju dengan Shira yang mengatakan gadis dan wanita sekarang amat berani. Keberanian mereka cukup luar biasa. Bagaimanapun, elok kita ambil iktibar daripada kisah yang telah Shira ceritakan. Elakkan berbuat sesuatu yang boleh menghancurkan hati orang lain terutama dalam bab rumah tangga. Ingatlah kebahagiaan terletak pada cara bagaimana kita melalui ujian untuk satu kehidupan panjang yang menceriakan. Menutup kata, pesanan saya, seorang wanita yang berfikir akan mampu mengubah padang menjadi sebuah kebun yang indah.
Salam

Sunday, July 4, 2010

Detox Foot Patch! Pelekat Pakai Buang TOKSIN ......

Tiada bahan terlarang dalam kandungannya. Ianya mengandungi herba-herba terpilih seperti :-
- Wood Vinegar Extract - Vitamin C
- Bamboo vinegar - Tourmaline
- Extract Chitosan - Cornstarch
- Plant power

harga murah jer RM30 jer sebungkus...10keping....berminat sila email ke faraija@yahoo.com...

Betta koi...